Text
Kapan Badai Akan Berlalu? Suara-suara Kritis Cendekiawan Menghendaki Perubahan
Buku ini merupakan buku kesembian belas yang diterbitkan oleh Penerbit Mizan dari lini produk “Kronik Indonesia Baru”. Lini Mizan ini seringkali menerbitkan buku dengan tema-tema mutakhir yang membicarakan berbagai peristiwa dokumentatif yang pernah terjadi di Indonesia.
Sebut saja kasus seperti Megaskandal Bapindo, Udin Darah Wartawan, hingga Udang di Balik Busang. Sementara Kapan Badai Akan Berlalu, adalah menyorot problem yang tengah menerpa bangsa; di mana akhir tahun 1997 dan awal tahun 1998 terjadi krisis moneter, kondisi perekonomian Indonesia babak belur, terburuk sepanjang sejarah selama kepemimpinan 32 tahun Soeharto.
Banyak ekonom yang memprediksi pertumbuhan perekonomian tanah air negatif, bahkan di berbagai liputan media mancanegara secara khusus mengulas krisis yang terjadi di Indonesia, menjadi headline atau cover story. Krisis ini juga yang kemudian memicu aksi protes dan gelombang demonstrasi besar-besaran yang akhirnya menumbangkan rezim Orde Baru pada Mei 1998.
Buku ini merupakan rekaman sejumlah pandangan dan gagasan reformasi politik dari 22 cendekiawan kritis. Seperti, Nurcholish Madjid, Sumitro Djojohadikusumo, Mochtar Pabottinggi, Emil Salim, Dawam Rahardjo, Faisal H. Basri, Y.B. Mangunwijaya, hingga Gus Dur. Sebagian besar isinya merupakan hasil wawancara kepada para tokoh, rekaman ulang (republish), yang pernah diterbitkan di media massa terutama di Majalah Ummat dan Majalah Tempo.
Dalam buku ini, 27 tulisan dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama adalah suara-suara yang membicarakan problem yang tengah menerpa Indonesia. Bagian kedua adalah suara-suara yang memberi jalan keluar atau solusi atas badai yang tengah melanda.
Uniknya, nama Gus Dur dalam cover buku ditaruh paling atas. Selain dikenal kritis di masa Orde Baru, baik dalam tulisan—menulis esai di koran, majalah, dan jurnal—Gus Dur sebagai individu maupun ketua ormas, seringkali menjadi rujukan wartawan di berbagai platform media. Minta komentar Gus Dur atas peristiwa yang sedang hangat dibicarakan.
Seperti tulisan yang dimuat dalam buku ini, “Walau Pak Harto Terpilih Lagi, Pasti Ada Perubahan”. Tulisan tersebut merupakan hasil wawancara dengan Gus Dur di Majalah Forum Keadilan (Desember, 1997). Beberapa pertanyaan yang diajukan kepadanya seputar krisis ekonomi yang tengah terjadi dan reformasi politik, soal suksesi kepemimpinan.
Mengenai krisis ekonomi, Gus Dur menyikapinya bahwa masalah ini harus dipecahkan secara bersama, melalui konsensus dan kesediaan berkorban atas segala risiko yang terjadi. Jika tidak, maka bisa terjadi krisis politik, yang akhirnya banyak tuduhan, fitnah, dan intrik. Bahkan sudah terjadi isu kudeta.
Konsensus yang dimaksud oleh Gus Dur adalah pemerintah mengajak para pakar, birokrat, dan pemimpin masyarakat untuk duduk bersama, mencari solusi dan menyamakan pemikiran dalam memecahkan permasalahan ekonomi. Jangan sampai masalah ekonomi penyelesaiannya dengan cara politik.
| B0005318 | 320.54 GHA k | Perpus PUSDAI | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain